Wartawan Dalam Menulis Berita Belum Ramah GEDSI, Masih Sensasional

Pemateri Jurnalisme advokasi, Matheos Messakh sedang membawakan materi penulisan berita berisukan GEDSI di UDN Kupang

Pemateri Jurnalisme advokasi, Matheos Messakh sedang membawakan materi penulisan berita berisukan GEDSI di UDN Kupang


KUPANG- Wartawan dalam menulis berita sebagian besar penulisan belum ramah terhadap isu Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI). Masih mencari penulisan yang bentuknya sensasional memikat pembaca.

Pasalnya, kode etik jurnalis adalah metode jurnalisme objektif dalam menyampaikan hasil liputan. Namun berbeda dengan GEDSI, penulisan yang dipakai menggunakan penulisan advokasi atau jurnalisme advokasi.

Penulisan advokasi ini diharapkan dalam analisa pemberitaan berada keberpihakan GEDSI yang mampu membawa perubahan kebijakan yang berpihak pada  kesetaraan.

Atas dasar itu, Yayasan Ume Daya Nusantara (UDN) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan pelatihan peningkatan kapasitas sudut pandang wartawan berperspektif Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI).

Hal ini disampaikan Wakil Direktur UDN Kupang, Simon Sadi Open, Rabu (22/5/24) di kegiatan pengalaman peliputan yang berpersketif Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) antar Media dan Jurnalis di kantor UDN Kupang.

“Kegiatan ini merupakan kerja bersama penguatan isu GEDSI serta peningkatan daya analisis pemberitaan berbasis Gedsi,” kata Wakil Direktur UDN.

Sementara Kordinator Program Manager UDN, Damaris Tnunay kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial perlu terus ditingkatkan.

Khususnya bagi para jurnalis dari berbagai jenis platform baik cetak, televisi, radio maupun online agar mampu menghasilkan karya jurnalistik dengan Perspektif GEDSI.

“Kegiatan ini dalam rangka berbagi pengalaman meningkatkan perpektif kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial serta pengenalan model jurnalisme advokasi bagi rekan-rekan jurnalis,” Jelas Madam Damaris.

Koordinator GEDSI SKALA NTT, Frederica Tadu Hungu mengatakan penyamaan persepsi GEDSI secara khusus mendorong sistem tata kelola pemerintahan di NTT.

Serta meningkatkan pola pelayanan pada kelompok rentan melalui pendekatan penyedia pelayanan (supply side) dan pengguna pelayanan demand side.

Isu GEDSI harus mendorong partisipasi dan representasi terutama dari kelompok rentan untuk terlibat perencanaan anggaran pembangunan daerah.

Narasumber jurnalis Jakarta Post Matheos Messakh mengatakan jurnalisme advokasi konsep GEDSI bertujuan adanya perubahan sosial.

Selain itu, dapat melahirkan produk jurnalistik yang mengangkat isu keadilan sosial yang mampu mendorong aksi keterlibatan publik.

“Jurnalisme advokasi harus membawa dampak perubahan sosial, subjektif dan keberpihakan melalui liputan investigasi,” kata Matheos.

Jurnalisme advokasi lanjut Messakh, harus mengungkapkan permasalahan serius terhadap kelompok minoritas.

Indikator jurnalisme yaitu imparsial dan faktual juga dipatuhi oleh jurnalisme advokasi, dalam rangka menegakkan keadilan dan keberimbangan yang terjadi dalam masyarakat.

Sumber : https://safari-ntt.com/15033-2/

Editor : Bobby Bryan Anoit

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *